Makassar AK77NEWS.COM-Semua yang datang, akan kembali, dan yang tertinggal selain amal jariyah adalah rangkai sejarah hidup yang ditutur sebagai kenangan indah.
Kemarin, Abdul Muttalib Kadir yang merupakan Ketua KONI Barru Dua Periode berduka cita, atas berpulangnya Ayahanda H. Abdul Kadir Mappa, pada Selasa (15/10/2025) di Makassar dan dikebumikan di Pekuburan Keluarga di Lapasu, Balusu.
Kenang ayahandanya, Ketua KONI Thalib Kadir menyebutnya sebagai teladan yang bijak.
“Ayahanda semasa hidup, sangat sabar dan bijak, tidak seorang pun anak cucunya pernah mendengar Beliau bersuara tinggi apalagi marah”, tutur Thalib Kadir.
Dengan mengucap terima kasih untuk semua yang mendoakan, turut berduka dan yang mengantar ke pemakaman.
“Terimakasih atas keikhlasan keluarga dan sahabat mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya, dan kami memohonkan maaf sekiranya selama hidup ayahanda di Lapasu ada kesalahan dan kekhilafan, harap doa tulus semuanya” tutup Thalib Kadir.
Almarhum H. Abdul Kadir Mappa, berpulang pada usia 90 Tahun 7 Bulan, meninggalkan 4 Anak, 14 Cucu dan 17 Cicit. Istrinya, merupakan Kakak Kandung dari Tokoh Bugis Barru, Aksa Mahmud, bernama Almarhumah Hj. Hatika Mahmud yang berpulang 4 Tahun sebelumnya.
Aksa Mahmud, Founder Bosowa dan Ipar Almarhum, yang hadir hingga ke pemakaman, dalam sambutannya di Lapasu menyebut Almarhum saudara ipar yang baik.
“Selamat Jalan, Beliau adalah Saudara yang baik, almarhum selama ini di-tua-kan dalam keluarga, dan kini dengan wafatnya Beliau maka yang tertua sekarang adalah Saya” sebut Aksa Mahmud dengan nada sedu.
Diketahui, semasa hidup, Almarhum H. Abdul Kadir Mappa bersama keluarga mendedikasikan lingkungan rumahnya sebagai tempat belajar dan mengajarkan Al Quran.
Salah satu muridnya, Dr. Fadiah Machmud menuliskan kenangannya.
“Rumah beliau menjadi tempat kami belajar mengaji, kami duduk bersila di rumahnya, melantunkan ayat-ayat suci dengan suara terbata-bata, Tak jarang beliau menegur lembut jika ada kesalahan dalam tajwid atau makhraj, padahal Beliau tidak melihat mushaf di tangan kami.” kenangnya.
Tiap Sabtu dan Ahad, Rumah Almarhum jadi tempat mengaji dan dirinya dengan penuh perhatian menyimak bacaan kami satu per satu.
“Masya Allah, pendengarannya begitu tajam, dan ingatannya terhadap Al-Qur’an begitu kuat, seakan ayat-ayat itu telah menjadi bagian dari hidupnya” lanjut Dr. Fadiah.
(Humas KONI)