Barru, AK77NEWS.COM– Pemerintah Kecamatan Mallusetasi menggelar Musyawarah Mappalilli sebagai bagian dari persiapan musim tanam tahun 2025/2026.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Camat Mallusetasi,Selasa (7/10). Hal ini menjadi wujud kolaborasi antara kearifan lokal dan strategi pertanian modern demi mendukung program ketahanan pangan nasional.
Musyawarah Mappalilli merupakan tradisi tahunan masyarakat yang dilaksanakan untuk meminta restu alam sebelum turun ke sawah. Dalam konteks modern, kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai forum konsolidasi dan perencanaan pertanian berbasis data dan teknologi.
Acara ini dibuka oleh oleh Camat Mallusetasi Syamsu Alam, S.Pd, M.Pd, Danramil Mallusetasi Letda Inf. Andi Pallawagau, Kepala Dinas Pertanian Barru Ahmad, MM, penyuluh pertanian, Kepala Desa dan Lurah, KTNA , Penyuluh Agama Ustas Muhammad Fadly, tokoh adat, dan kelompok tani dari berbagai desa di wilayah Mallusetasi .
Musyawarah ini digelar sebagai bentuk penguatan peran petani dalam menjaga stabilitas pangan serta menyelaraskan kembali kearifan lokal dengan tantangan zaman, terutama perubahan iklim yang memengaruhi pola tanam dan produksi pangan.
Camat Mallusetasi Syamsu Alam S.Pd M.Pd menekankan pentingnya Mappalilli sebagai simbol komitmen petani terhadap ketahanan pangan dan pentingnya sinergi antara adat dan teknologi, khususnya informasi cuaca dari BMKG.
Danramil Mallusetasi, Letda Inf. Andi Pallawagau, mengingatkan bahwa petani merupakan penyangga tatanan bangsa. Ia mengajak untuk menjaga kekompakan dan memperhatikan manajemen air serta waktu tanam yang tepat.
Sementara itu, Kadis Pertanian Barru, Ahmad, MM, menyampaikan bahwa BMKG akan menggelar Sekolah Lapang Iklim guna meningkatkan kapasitas petani membaca cuaca dan menentukan waktu tanam. Ia juga menekankan pentingnya penggunaan varietas unggul yang direkomendasikan, seperti Inpari 32, untuk menjamin ketahanan produksi jangka panjang.
“Tradisi Mappalilli tetap dilestarikan sebagai simbol penyucian alam dan restu untuk menanam. Ungkapan seperti ‘Laleng Riolo malamoe bosi na mappoci wektuna, Malampe na matedde, Malampe na matojo’ menjadi panduan bijak dalam menentukan waktu tanam,” jelas Ahmad.
Dengan semangat gotong royong, refleksi petani, dan ajakan untuk tidak pernah berhenti menanam demi masa depan pangan. “Unyil saja mendukung ketahanan pangan,” seloroh salah satu fasilitator, menghidupkan suasana.
Dengan kolaborasi yang solid, tradisi dan inovasi diharapkan mampu membawa pertanian Mallusetasi lebih tangguh dan produktif di musim tanam 2025/2026.
Acara ditutup dengan penjelasan Muhlis POPT Kabupaten Barru kemudian dengan diskusi terbuka antarpetani, pemerintah, dan tokoh masyarakat.